|
Aku adalah seorang anak yang dilahirkan dari keluarga yang mampu di mana
papaku sibuk dengan urusan kantornya dan mamaku sibuk dengan arisan dan
belanja-belanja. Sementara aku dibesarkan oleh seorang baby sitter yang
bernama Marni. Aku panggil dengan Mbak Marni.
Peristiwa ini terjadi pada tahun 1996 saat aku lulus SMP Swasta di
Jakarta. Pada waktu itu aku dan kawan-kawanku main ke rumahku, sementara
papa dan mama tidak ada di rumah. Adi, Dadang, Abe dan Aponk main ke
rumahku, kami berlima sepakat untuk menonton VCD porno yang dibawa oleh
Aponk, yang
memang kakak iparnya mempunyai usaha penyewaan VCD di
rumahnya. Aponk membawa 4 film porno dan kami serius menontonnya. Tanpa
diduga Mbak Marni mengintip kami berlima yang sedang menonton, waktu
itu usia Mbak Marni 28 tahun dan belum menikah, karena Mbak Marni sejak
berumur 20 tahun telah menjadi baby sitterku.
Tanpa disadari aku ingin sekali melihat dan melakukan hal-hal seperti di
dalam VCD porno yang kutonton bersama dengan teman-teman. Mbak Marni
mengintip dari celah pintu yang tidak tertutup rapat dan tidak ketahuan
oleh keempat temanku.
"Maaf yah, gue mau ke belakang dulu..."
"Ya... ya.. tapi tolong ditutup pintunya yah", jawab keempat temanku.
"Ya, nanti kututup rapat", jawabku.
Aku keluar kamarku dan mendapati Mbak Marni di samping pintuku dengan nafas yang tersengal-sengal.
"Hmm.. hmmm, Mas Ton", Mbak Marni menegurku seraya membetulkan posisi berdirinya.
"Ada apa Mbak ngintip-ngintip Tonny dan kawan-kawan?" tanyaku keheranan.
Hatiku berbicara bahwa ini kesempatan untuk dapat melakukan segala hal yang tadi kutonton di VCD porno.
Perlahan-lahan kukunci kamarku dari luar kamar dan aku berpura-pura marah terhadap Mbak Marni.
"Mbak, apa-apaan sih ngintip-ngintip segala."
"Hmm.. hmmm, Mbak mau kasih minum untuk teman-teman Mas Tonny", jawabnya.
"Nanti aku bilangin papa dan mama loh, kalo Mbak Marni ngintipin Tonny",
ancamku, sembari aku pergi turun ke bawah dan untungnya kamarku berada
di lantai atas.
Mbak Marni mengikutiku ke bawah, sesampainya di bawah, "Mbak Marni, kamu
ngintipin saya dan teman-teman itu maksudnya apa?" tanyaku.
"Mbak, ingin kasih minum teman-teman Mas Tonny."
"Kok, Mbak nggak membawa minuman ke atas", tanyaku dan memang Mbak Marni ke atas tanpa membawa minuman.
"Hmmm.. Hmmm.." ucap Mbak Marni mencari alasan yang lain.
Dengan kebingungan Mbak Marni mencari alasan yang lain dan tidak
disadari olehnya, aku melihat dan membayangkan bentuk tubuh dan payudara
Mbak Marni yang ranum dan seksi sekali. Dan aku memberanikan diri untuk
melakukan permainan yang telah kutonton tadi.
"Sini Mbak"
"Lebih dekat lagi"
"Lebih dekat lagi dong.."
Mbak Marni mengikuti perintahku dan dirinya sudah dekat sekali denganku,
terasa payudaranya yang ranum telah menyentuh dadaku yang naik turun
oleh deruan nafsu. Aku duduk di meja makan sehingga Mbak Marni berada di
selangkanganku.
"Mas Tonny mau apa", tanyanya.
"Mas, mau diapain Mbak", tanyanya, ketika aku memegang bahunya untuk didekatkan ke selangkanganku.
"Udah, jangan banyak tanya", jawabku sembari aku melingkari kakiku ke pinggulnya yang seksi.
"Jangan Mas.. jangan Mas Tonny", pintanya untuk menghentikanku membuka kancing baju baby sitterku.
"Jangan Mas Ton, jangan.. jangan.." tolaknya tanpa menampik tanganku yang membuka satu persatu kancing bajunya.
Sudah empat kancing kubuka dan aku melihat bukit kembar di hadapanku,
putih mulus dan mancung terbungkus oleh BH yang berenda. Tanpa kuberi
kesempatan lagi untuk mengelak, kupegang payudara Mbak Marni dengan
kedua tanganku dan kupermainkan puting susunya yang berwarna coklat muda
dan kemerah-merahan.
"Jangan.. jangaaan Mas Tonny"
"Akh.. akh... jangaaan, jangan Mas"
"Akh.. akh.. akh"
"Jangan.. Mas Tonnn"
Aku mendengar Mbak Marni mendesah-desah, aku langsung mengulum puting
susunya yang belum pernah dipegang dan di kulum oleh seorang pria pun.
Aku memasukkan seluruh buah dadanya yang ranum ke dalam mulutku sehingga
terasa sesak dan penuh mulutku. "Okh.. okh.. Mas.. Mas Ton.. tangan
ber.." tanpa mendengarkan kelanjutan dari desahan itu kumainkan puting
susunya dengan gigiku, kugigit pelan-pelan. "Ohk.. ohk.. ohk.." desahan
nafas Mbak Marni seperti lari 12 kilo meter. Kupegang tangan Mbak Marni
untuk membuka celana dalamku dan memegang kemaluanku. Tanpa diberi
aba-aba, Mbak Marni memegang kemaluanku dan melakukan gerakan mengocok
dari ujung kemaluanku sampai pangkal kemaluan.
"Okh.. okh.. Mbak.. Mbaaak"
"Terusss.. sss.. Mbak"
"Masss.. Masss.. Tonnny, saya tidak kuat lagi"
Mendengar itu lalu aku turun dari meja makan dan kubawa Mbak Marni
tiduran di bawah meja makan. Mbak Marni telentang di lantai dengan
payudara yang menantang, tanpa kusia-siakan lagi kuberanikan untuk
meraba selangkangan Mbak Marni. Aku singkapkan pakaiannya ke atas dan
kuraba-raba, aku merasakan bahwa celana dalamnya sudah basah. Tanganku
mulai kumasukkan ke dalam CD-nya dan aku merasakan adanya bulu-bulu
halus yang basah oleh cairan liang kewanitaannya.
"Mbak, dibuka yah celananya." Mbak Marni hanya mengangguk dua kali.
Sebelum kubuka, aku mencoba memasukkan telunjukku ke dalam liang
kewanitaannya. Jari telunjukku telah masuk separuhnya dan kugerakkan
telunjukku seperti aku memanggil anjingku.
"Shs.. shss.. sh"
"Cepat dibuka", pinta Mbak Marni.
Kubuka celananya dan kulempar ke atas kursi makan, aku melihat
kemaluannya yang masih orisinil dan belum terjamah serta bulu-bulu yang
teratur rapi. Aku mulai teringat akan film VCD porno yang kutonton dan
kudekatkan mulutku ke liang kewanitaannya. Perlahan-lahan kumainkan
lidahnku di sekitar liang surganya, ada rasa asem-asem gurih di lidahku
dan kuberanikan lidahku untuk memainkan bagian dalam liang
kewanitaannya. Kutemukan adanya daging tumbuh seperti kutil di dalam
liang kenikmatannya, kumainkan daging itu dengan lidahku.
"Masssh.. Masss.."
"Mbak mau kellluaaar..."
Aku tidak tahu apa yang dimaksud dengan "keluar", tetapi aku semakin
giat memainkan daging tumbuh tersebut, tanpa kusadari ada cairan yang
keluar dari liang kewanitaannya yang kurasakan di lidahku, kulihat liang
kewanitaan Mbak Marni telah basah dengan campuran air liurku dan cairan
liang kewanitaannya. Lalu aku merubah posisiku dengan berlutut dan
kuarahkan batang kemaluanku ke lubang senggamanya, karena sejak tadi
kemaluanku tegang. "Slepp.. slepp" Aku merasakan kehangatan luar biasa
di kepala kemaluanku.
"Mass.. Masss pellannn donggg.." Kutekan lagi kemaluanku ke dalam liang
surganya. "Sleep.. sleep" dan, "Heck.. heck", suara Mbak Marni tertahan
saat kemaluanku masuk seluruhnya ke dalam liang kewanitaannya. "Mass..
Masss.. pelaaan.." Nafsu birahiku telah sampai ke ubun-ubun dan aku
tidak mendengar ucapan Mbak Marni. Maka kupercepat gerakanku. "Heck..
heck.. heck.. tolong.. tolllong Mass pelan-pelan" tak lama kemudian,
"Mas Tonnny, Mbaaak keluaaar laaagi" Bersamaan dengan itu kurasakan
desakan yang hebat dalam kepala kemaluanku yang telah disemprot oleh
cairan kewanitaan Mbak Marni. Maka kutekan sekuat-kuatnya kemaluanku
untuk masuk seluruhnya ke dalam liang kewanitaan Mbak Marni. Kudekap
erat tubuh Mbak Marni sehingga agak tersengal-sengal, tak lama kemudian,
"Croot.. crooot" spermaku masuk ke dalam liang kewanitaan Mbak Marni.
Setelah Mbak Marni tiga kali keluar dan aku sudah keluar, Mbak Marni
lemas di sampingku. Dalam keadaan lemas aku naik ke dadanya dan aku
minta untuk dibersihkan kemaluanku dengan mulutnya. Dengan sigap Mbak
Marni menuruti permintaanku. Sisa spermaku disedot oleh Mbak Marni
sampai habis ke dalam mulutnya. Kami melakukan kira-kira selama tiga
jam, tanpa kusadari teman-temanku teriak-teriak karena kunci pintu
kamarku sewaktu aku keluar tadi. "Tonnny.. tolong bukain dong, pintunya"
Maka cepat-cepat kuminta Mbak Marni menuju ke kamarnya untuk
berpura-pura tidur dan aku naik ke atas membukakan pintu kamarku.
Bertepatan dengan aku ke atas mamaku pulang naik taksi. Dan kuminta
teman-temanku untuk makan oleh-oleh mamaku lalu kusuruh pulang.
Setelah seluruh temanku pulang dan mamaku istirahat di kamar menunggu
papa pulang. Aku ke kamar Mbak Marni untuk meminta maaf, atas
perlakuanku yang telah merenggut keperawanannya.
"Mbak, maafin Tonny yah!"
"Nggak apa-apa Mas Tonny, Mbak juga rela kok"
"Keperawanan Mbak lebih baik diambil sama kamu dari pada sama supir
tetangga", jawab Mbak Marni. Dengan kerelaannya tersebut maka,
kelakuanku makin hari makin manja terhadap baby sitterku yang merawatku
semenjak usiaku sembilan tahun. Sejak kejadian itu kuminta Mbak Marni
main berdiri, main di taman, main di tangga dan mandi bersama, Mbak
Marni bersedia melakukannya.
Hingga suatu saat terjadi, bahwa Mbak Marni mengandung akibat
perbuatanku dan aku ingat waktu itu aku kelas dua SMA. Papa dan mamaku
memarahiku, karena hubunganku dengan Mbak Marni yang cantik wajahnya dan
putih kulitnya. Aku dipisahkan dengan Mbak Marni, Mbak Marni dicarikan
suami untuk menjadi bapak dari anakku tersebut.
Sekarang aku merindukan kebersamaanku dengan Mbak Marni, karena aku
belum mendapatkan wanita yang cocok untukku. Itulah kisahku para
pembaca, sekarang aku sudah bekerja di perusahaan ayahku sebagai salah
satu pimpinan dan aku sedang mencari tahu ke mana Mbak Marni, baby
sitterku tersayang dan bagaimana kabarnya Tonny kecilku.